Kitab Arjunawijaya
Kitab buatan Mpu Tantular ini dibuat pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, yang berkuasa antara 1350-1389 M. Dalam kitab ini banyak mengisahkan tentang Arjunawijaya si sakti mandraguna yang merupakan titisan Batara Wisnu.
Dalam kitab ini dikisahkan juga romansa antara Arjunawijaya dengan Dewi Citrawati, dan perang antara Arjunawijaya melawan Rahwana yang ingin merebut kekasihnya.
Kitab Parthayajna atau Kakawin Parthayajña adalah sebuah kakawin dalam bahasa Jawa Kuno. Kakawin ini menceritakan pertapaan Arjuna di gunung Indrakila. Meski begitu, bahasa dalam kitab ini lebih bersifat falsafi dan sangat sulit dipahami.
Itulah lima kitab dari Kerajaan Majapahit, dari kitab-kitab inilah muncul berbagai mitos, cerita rakyat, hingga legenda yang berkembang di lingkungan masyarakat.
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan bercorak Hindu-Budha terbesar yang pernah berkuasa di Nusantara. Berbagai sumber menyebut, kerajaan ini berpusat di daerah Jawa Timur.
Kerajaan Majapahit memiliki bukti benda-benda peninggalan yang menjadi bukti kebesarannya kala itu. Peninggalan Kerajaan Majapahit mulai dari kitab, prasasti, hingga candi yang keberadaannya masih ada hingga saat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari Buku IPS Paket A Tingkatan II Modul Tema 5 berjudul Teropong Waktu: Jejak Kerajaan Hindu, Buddha, dan Islam di Nusantara (2018) oleh Mualo dan Masduqi, Kerajaan Majapahit pernah berdiri sekitar tahun 1293 hingga 1500 M.
Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya dan berhasil menguasai berbagai wilayah di Nusantara di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk yang berkuasa dari tahun 1350-1389.
Kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia bagian timur, meski wilayah kekuasaannya ini masih diperdebatkan.
Sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia, kerajaan ini pun memiliki beragam benda peninggalan. Apa saja?
Berikut benda-benda peninggalan Kerajaan Majapahit, mulai dari kitab, prasasti, hingga bangunan candi.
Kitab Peninggalan Kerajaan Majapahit
Kitab ini ditulis oleh Mpu Tantular pada masa Kerajaan Majapahit di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk, tepatnya di sekitar tahun 1851 Masehi. Kitab ini berisikan perjalanan seorang pangeran dari Negeri Hastinapura bernama Sutasoma dalam menemukan makna hidup sesungguhnya.
Naskah Sutasoma mengandung makna semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dikutip dari pupuh 139 bait 5, yaitu Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu. Sebab, tidak ada kebenaran yang mendua.
Kitab Negarakertagama
Kitab hasil tulisan Mpu Prapanca ini pertama kali ditemukan di tahun 1894 di istana Raja Lombok. Seorang peneliti, J.L.A Brandes berhasil menyelamatkan kitab ini sebelum dibakar bersama seluruh buku di perpustakaan kerajaan.
Kitab Negarakertagama menjadi saksi valid pada masa pemerintahan Hayam Wuruk di Kerajaan Majapahit pada tahun 1365 M. Inti dari keseluruhan isi kitab ini ialah penjelasan mengenai silsilah raja-raja Majapahit, wilayah Kerajaan Majapahit, keadaan kota, upacara Sradha, maupun negara-negara bawahan Majapahit.
Kitab Negarakertagama merupakan salah satu kitab peninggalan Kerajaan Majapahit. Foto/Wikipedia Commons
Sejumlah kitab peninggalan
ini bisa menjadi bukti bahwa kerajaan nusantara itu pernah berdiri dan berkuasa di Tanah Air. Mengingat Kerajaan Majapahit pernah menjadi salah satu kerajaan terbesar, pastinya memiliki banyak peninggalan.
Terdapat banyak candi dan prasasti yang membuktikan keberadaan Kerajaan Majapahit di masa lalu. Namun selain dua jenis peninggalan tersebut, terdapat pula beberapa kitab yang menceritakan kisah-kisah tertentu.
Kitab-kitab yang menjadi peninggalan dari Kerajaan Majapahit terbilang beragam dan bervariasi, memperlihatkan jika karya sastra juga menjadi salah satu warisan intelektual yang diwariskan. Berikut ini beberapa kitab peninggalan Kerajaan Majapahit.
Prasasti Waringin Pitu
Peninggalan Kerajaan Majapahit berikutnya adalah Prasasti Waringin Pitu yang ditemukan di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Prasasti bertuliskan angka tahun 1447 M ini mencatatkan sistem administrasi dari pemerintahan Kerajaan Majapahit, berikut dengan 14 keraton yang berada di bawah kekuasaannya.
Yakni, Bhre Daha, Bhre Kahuripan, Bhre Pajang, Bhre Wengker, Bhre Wirabumi, Bhre Matahun, Bhre Tumapel, Bhre Jagaraga, Bhre Tanjungpura, Bhre Kembeng Jenar, Bhre Kabalan, Bhre Singhapura, Bhre Keling, dan Bhre Kelinggapura.
Kitab Tantu Pagelaran
Tantu Panggelaran ditulis dalam bahasa Jawa Pertengahan pada zaman Majapahit. Suntingan teks yang sangat penting telah terbit pada tahun 1924 di Leiden oleh Dr. Th. Pigeaud.
Tantu Panggelaran adalah sebuah teks prosa yang menceritakan tentang kisah penciptaan manusia di pulau Jawa dan segala aturan yang harus ditaati manusia.
Kitab Negarakertagama
Kitab Negarakertagama adalah salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit (Arsip Istimewa)
Peninggalan Kerajaan Majapahit yang pertama adalah Kitab Negarakertagama. Kitab Negarakertagama menjadi salah satu yang menjadi bukti sejarah keberadaan Kerajaan Majapahit.
Kitab Negarakertagama yang ditulis di media lontar ini merupakan hasil karya dari salah satu mpu termasyur dalam sejarah Majapahit, Mpu Prapanca.
Kitab Negarakertagama bercerita tentang seluk beluk dari Kerajaan Majapahit. Mulai dari sejarah dibangunnya Majapahit, perjalanan Majapahit, hingga daerah kekuasaan dari Majapahit yang tersebar hingga ke luar negeri.
Terletak di Desa Temon, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, Candi Bajang Ratu merupakan sebuah gapura terbesar yang pernah dibangun oleh Kerajaan Majapahit.
Dalam kitab Negarakertagama, Candi Bajang Ratu disebutkan sebagai sebuah gerbang atau pintu masuk yang menuju ke sebuah bangunan suci.
Prasasti Prapancasarapura
Prasasti Prapancasarapura ditemukan di Surabaya. Prasasti ini dibuat pada saat Majapahit diperintah oleh Ratu Tribhuwanatunggadewi.
Prasasti Prapancasarapura berisi tentang tiga tokoh penting Majapahit saat itu, yakni Hayam Wuruk, Gajah Mada, dan Adityawarman.
Candi Tikus adalah salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit (ANTARA FOTO/Syaiful Arif)
Peninggalan Kerajaan Majapahit berikutnya adalah Candi Tikus. Candi Tikus diyakini sebagai sebuah petirtaan atau pemandian para bangsawan atau keluarga Kerajaan Majapahit.
Terbuat dari bata merah, situs petirtaan ini berada 3,5 meter di bawah tanah. Selain petirtaan, Candi Tikus juga diyakini merupakan sebuah tempat untuk penampungan air.
Kitab Sutasoma atau Kakawin Sutasoma adalah kitab karangan Mpu Tantular. Kitab Sutasoma yang ditulis pada abad ke-14 ini menceritakan tentang kehidupan beragama di Kerajaan Majapahit.
Selain itu, dalam kitab ini juga terdapat sebuah slogan yang kini dipakai menjadi salah satu semboyan yang mencerminkan persatuan Indonesia, yakni "Bhinneka Tunggal Ika" yang memiliki makna berbeda tetapi tetap satu.
Candi Penataran merupakan sebuah kompleks candi termegah dan terluas di Jawa Timur. Candi Penataran terletak di sebelah barat daya Gunung Kelud atau sekitar 12 km dari pusat kota Blitar, yakni di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar.
Candi ini diperkirakan dibangun pada masa Raja Srenggana pada masa Kerajaan Kediri dan diteruskan sampai pemerintahan Wikramwardhana, maharaja kelima Majapahit pada 1415.
Saat ini Candi Penataran juga menjadi salah satu destinasi wisata budaya terbaik di Jawa Timur. UNESCO menetapkan Candi Penataran sebagai Warisan Budaya Dunia pada 1995.
Tak hanya di wilayah Jawa Timur saja, Majapahit juga membangun candi hingga ke Jawa Tengah. Adalah Candi Sukuh, sebuah bangunan candi yang memiliki bentuk bangunan yang unik.
Candi yang terletak di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah ini memiliki bentuk seperti piramida suku Maya.